Senin, 06 Agustus 2012

Ketika Satpam, Berubah Fungsi



Korban Pemukulan Satpam. Dok: Bem Mipa Untad
Pada dasarnya Tugas Pokok, Fungsi, dan Peranan Satuan Pengamanan (Satpam), adalah : Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan / kawasan kerja khususnya pengamanan fisik, Usaha dan Kegiatan melindungi dan mengamankan lingkungan / Kawasan kerjanya dari setiap gangguan “Keamanan” dan “Ketertiban” serta pelanggaran Hukum,  Unsur Pembantu Pimpinan di tempat tugas dalam bidang keamanan dan ketertiban di lingkungan / kawasan kerja, dan Unsur Pembantu Polri dalam Binkamtib terutama dalam bidang Penegakan Hukum di lingkungan / kawasan kerja. 

Namun, bagaimana jika Satpam sudah tidak mempunyai ketentuan-ketentuan diatas? Apa yang terjadi?


Di Universitas Tadulako, Fenomena Satpam yang diharapkan bisa menjaga ketertiban lingkungan kampus menjadi paradigma tersendiri. Arogansi oknum Satpam semakin menjadi-jadi.  Tindakan oknum Satpam  tak lagi mencerminkan apa yang kita harapkan bersama. Sejumlah mahasiswa Universitas Tadulako, merasa terkekang akan hadirnya Satuan Pengamanan ini. Mengapa hal itu terjadi? Karena Satuan pengamanan di lingkungan Untad bertindak semena-mena, tak punya sopan santun, dan menjadikan mahasiswa itu sebagai musuh mereka. 

Hampir semua Fakultas dilingkup Universitas Tadulako, mengeluhkan sikap Satuan Pengamanan Untad. BEM Mipa Untad, yang kebetulan, baru-baru ini, menjadi "sasaran empuk" amukan Satpam Untad.  

Pada saat itu, Senin, 6 Agustus 2012, sekitar pukul 16.00 Wita. Nasib naas yang dialami oleh sejumlah Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam (MIPA). Ketika itu, sejumlah anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (Bem) Fakultas Mipa Untad, mendatangi Satpam yang sedang menjaga parkiran (motor mahasiswa baru), didepan Auditorium Untad. Maksud mereka adalah untuk menanyakan kepada Satpam, apakah kendaraan yang mereka (satpam) jaga itu dipungut biaya, dan berapa biaya parkirnya? Lalu, seorang Satpam menjawab, “jangan tanyakan pada kami, pergi bertanya kepada Rektor.”  Beberapa utusan BEM Mipa bertemu Rektor Untad, untuk menanyakan hal itu. Rektor menjawab, “keputusannya nanti jam empat sore (senin, 6 Agustus), apakah dipungut biaya parkir atau tidak.”

Setelah kejadian itu, anggota Bem Mipa, kembali ke Fakultasnya. Kemudian, sekitar 9 (sembilan) anggota BEM Mipa, bermaksud untuk menjemput mahasiswa baru (maba) dari MIPA, karena ormik Universitas akan selesai hari itu, dan diserahkan ke Fakultas. Sekaligus menanyakan kembali biaya parkir itu. Ketika itu pula, seorang Satpam marah, dan memanggil Satpam lainnya, hingga memukul 7 (tujuh) anggota Bem Mipa, juga dikeroyok, hingga seorang mahasiswa (Anwar, jurusan Fisika angkatan 2009, Mipa), berdarah dibagian kepala, dihantam Batu oleh Satpam.

Aksi premanisme yang dilakukan oleh oknum Satpam tersebut, sangat meresahkan sejumlah mahasiswa Untad. Mahasiswa bukan lagi merasa aman, terjaga, dan merasa damai. Inilah cermin aksi yang sering kita namakan “pembantu” kepolisian itu. Berubah fungsi menjadi “preman” kampus, yang mengekang aktifitas mahasiswa, memukul hingga mengeluarkan “darah” mahasiswa.

Apa yang betul dengan “kelakuan” Satpam ini? Berdalih pada pengamanan kampus. adalah alasan mereka, padahal merekalah yang mengacaukan suasana kampus. Perlakuan sewenang-wenang itu, tak ubahnya, apa yang telah dilakukan oleh oknum polisi di Balaesang Tanjung, dan di daerah-daerah lain, ketika menghadapi aksi rakyat yang mempertahankan hak-nya, ditembak “mati.” Apakah mereka berkaca pada oknum kepolisian itu?

Padahal apa yang dikatakan Rektor Untad, Basir Chio disalah satu media lokal, bahwa Satuan Pengamanan (Satpam) harus menjaga emosi, menjaga hubungan baik dengan mahasiswa, dan masyarakat kampus lainnya. Namun, harapan Rektor Untad itu, menjadi sebuah catatan terpendam atau tak lebih dari “masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.”  Sehingga, tak jarang sejumlah mahasiswa mendiskusikan profil satpam dilingkungan Untad. 

Mahasiswa Pun Manusia

Tak berbeda dengan masyarakat kampus lainnya, mahasiswa juga manusia. Manusia yang mempunyai hak mempertanyakan, apa yang menjanggal dalam pikirannya. Zaman sekarang bukanlah zaman feodal, yang menganggap manusia lain “derajatnya” lebih rendah dari Satpam. Satpam seharusnya menjunjung tinggi hak-hak dari mahasiswa itu. Tak lagi bertingkah subjektif, hingga menyapu bersih, mengejar, membawa batu dan kayu, para mahasiswa hingga ke Fakultas MIPA dan Fakultas Tehnik. Padahal mereka bukan merampok atau mencuri fasilitas kampus, dan atau memasang “bom” di lingkungan Untad.

Jika tindakan anarkisme yang dilakukan oleh Satpam, terus-menerus seperti itu, maka mereka tak ubahnya Tentara dizaman Orde Baru. Yang mengekang, memenjarakan, bahkan membunuh mahasiswa yang memperjuangkan hak mereka. Lalu apa yang didapatkan oleh sejumlah Satpam, yang selama ini membuat “gaduh” dilingkungan Untad? Adalah dramalisir sejumlah kasus yang mengaitkan oknum Satpam, mereka tak mendapatkan hukuman apapun dari pihak birokrasi Untad, atau pimpinanya sendiri. Kesaktian Satuan Pengamanan Kampus, menjadi dogma para penerus bangsa itu, seakan mahasiswa tak punya harga diri lagi.

Tulisan ini sengaja diangkat, karena sudah bosan melihat tingkah Satpam seperti melihat mahasiswa adalah "perampok kelas kakap." 
Sadarlah wahai Satpam, Mahasiswa juga manusia, dan kalian pun manusia, bukan Anjing. Kalian mempunyai anak, yang nantinya akan kuliah. 

Tidak ada komentar: