Korban Pemukulan Satpam. Dok: Bem Mipa Untad |
Pada
dasarnya Tugas
Pokok, Fungsi, dan Peranan Satuan Pengamanan (Satpam), adalah : Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan / kawasan kerja khususnya pengamanan
fisik, Usaha dan Kegiatan melindungi dan mengamankan lingkungan / Kawasan
kerjanya dari setiap gangguan “Keamanan” dan “Ketertiban” serta pelanggaran
Hukum, Unsur Pembantu Pimpinan di tempat tugas dalam bidang keamanan dan ketertiban di lingkungan
/ kawasan kerja, dan Unsur Pembantu
Polri dalam Binkamtib terutama dalam bidang Penegakan Hukum di lingkungan
/ kawasan kerja.
Namun, bagaimana jika Satpam sudah
tidak mempunyai ketentuan-ketentuan diatas? Apa yang terjadi?
Di Universitas Tadulako, Fenomena Satpam
yang diharapkan bisa menjaga ketertiban lingkungan kampus menjadi paradigma
tersendiri. Arogansi oknum Satpam semakin menjadi-jadi. Tindakan oknum Satpam tak lagi mencerminkan apa yang kita harapkan
bersama. Sejumlah mahasiswa Universitas Tadulako, merasa terkekang akan
hadirnya Satuan Pengamanan ini. Mengapa hal itu terjadi? Karena Satuan pengamanan
di lingkungan Untad bertindak semena-mena, tak punya sopan santun, dan
menjadikan mahasiswa itu sebagai musuh mereka.
Hampir semua Fakultas dilingkup Universitas Tadulako, mengeluhkan sikap Satuan Pengamanan Untad. BEM Mipa Untad, yang kebetulan, baru-baru ini, menjadi "sasaran empuk" amukan Satpam Untad.
Hampir semua Fakultas dilingkup Universitas Tadulako, mengeluhkan sikap Satuan Pengamanan Untad. BEM Mipa Untad, yang kebetulan, baru-baru ini, menjadi "sasaran empuk" amukan Satpam Untad.
Pada saat itu, Senin, 6 Agustus 2012,
sekitar pukul 16.00 Wita. Nasib naas yang dialami oleh sejumlah Mahasiswa Fakultas
Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam (MIPA). Ketika itu, sejumlah anggota Badan
Eksekutif Mahasiswa (Bem) Fakultas Mipa Untad, mendatangi Satpam yang sedang menjaga
parkiran (motor mahasiswa baru), didepan Auditorium Untad. Maksud mereka adalah
untuk menanyakan kepada Satpam, apakah kendaraan yang mereka (satpam) jaga
itu dipungut biaya, dan berapa biaya parkirnya? Lalu, seorang Satpam menjawab, “jangan
tanyakan pada kami, pergi bertanya kepada Rektor.” Beberapa utusan BEM Mipa bertemu Rektor Untad,
untuk menanyakan hal itu. Rektor menjawab, “keputusannya nanti jam empat sore
(senin, 6 Agustus), apakah dipungut biaya parkir atau tidak.”
Setelah kejadian itu, anggota Bem Mipa, kembali ke Fakultasnya. Kemudian, sekitar 9 (sembilan)
anggota BEM Mipa, bermaksud untuk menjemput mahasiswa baru (maba) dari MIPA,
karena ormik Universitas akan selesai hari itu, dan diserahkan ke Fakultas. Sekaligus
menanyakan kembali biaya parkir itu. Ketika itu pula, seorang Satpam marah, dan memanggil Satpam lainnya, hingga memukul
7 (tujuh) anggota Bem Mipa, juga dikeroyok, hingga seorang mahasiswa (Anwar, jurusan
Fisika angkatan 2009, Mipa), berdarah dibagian kepala, dihantam Batu oleh Satpam.
Aksi premanisme yang dilakukan oleh
oknum Satpam tersebut, sangat meresahkan sejumlah mahasiswa Untad. Mahasiswa bukan lagi
merasa aman, terjaga, dan merasa damai. Inilah cermin aksi yang sering kita
namakan “pembantu” kepolisian itu. Berubah fungsi menjadi “preman” kampus, yang
mengekang aktifitas mahasiswa, memukul hingga mengeluarkan “darah” mahasiswa.
Apa yang betul dengan “kelakuan” Satpam
ini? Berdalih pada pengamanan kampus. adalah alasan mereka, padahal merekalah yang mengacaukan suasana kampus. Perlakuan sewenang-wenang itu, tak ubahnya,
apa yang telah dilakukan oleh oknum polisi di Balaesang Tanjung, dan di
daerah-daerah lain, ketika menghadapi aksi rakyat yang mempertahankan hak-nya,
ditembak “mati.” Apakah mereka berkaca pada oknum kepolisian itu?
Padahal apa yang dikatakan Rektor
Untad, Basir Chio disalah satu media lokal, bahwa Satuan Pengamanan (Satpam)
harus menjaga emosi, menjaga hubungan baik dengan mahasiswa, dan masyarakat
kampus lainnya. Namun, harapan Rektor Untad itu, menjadi sebuah catatan terpendam atau
tak lebih dari “masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.” Sehingga, tak jarang sejumlah mahasiswa mendiskusikan
profil satpam dilingkungan Untad.
Mahasiswa
Pun Manusia
Tak
berbeda dengan masyarakat kampus lainnya, mahasiswa juga manusia. Manusia yang
mempunyai hak mempertanyakan, apa yang menjanggal dalam pikirannya. Zaman sekarang
bukanlah zaman feodal, yang menganggap manusia lain “derajatnya” lebih rendah
dari Satpam. Satpam seharusnya menjunjung tinggi hak-hak dari mahasiswa itu. Tak
lagi bertingkah subjektif, hingga menyapu bersih, mengejar, membawa batu dan
kayu, para mahasiswa hingga ke Fakultas MIPA dan Fakultas Tehnik. Padahal mereka
bukan merampok atau mencuri fasilitas kampus, dan atau memasang “bom” di
lingkungan Untad.
Jika
tindakan anarkisme yang dilakukan oleh Satpam, terus-menerus seperti itu, maka
mereka tak ubahnya Tentara dizaman Orde Baru. Yang mengekang, memenjarakan,
bahkan membunuh mahasiswa yang memperjuangkan hak mereka. Lalu apa yang
didapatkan oleh sejumlah Satpam, yang selama ini membuat “gaduh” dilingkungan
Untad? Adalah dramalisir sejumlah kasus yang mengaitkan oknum Satpam, mereka
tak mendapatkan hukuman apapun dari pihak birokrasi Untad, atau pimpinanya
sendiri. Kesaktian Satuan Pengamanan Kampus, menjadi dogma para penerus bangsa
itu, seakan mahasiswa tak punya harga diri lagi.
Tulisan ini sengaja diangkat, karena sudah bosan melihat tingkah Satpam seperti melihat mahasiswa adalah "perampok kelas kakap."
Sadarlah wahai Satpam, Mahasiswa juga manusia, dan kalian pun manusia, bukan Anjing. Kalian mempunyai anak, yang nantinya akan kuliah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar